Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

BAB 1

 Sore itu, di sudut kota. Lebih tepatnya di jalan Sudarsono, aku melihatnya ... tersenyum, bersenda gurau dengan beberapa anak kecil. Tawa yang tak pernah kulihat untuk beberapa waktu, senyum yang kukira tak pernah terukir lagi dibibirnya. Dari banyaknya orang yang kutemui sore itu, atensiku sepenuhnya hanya tertuju pada taruna bertubuh tinggi itu. Dengan topi berwarna hitam yang menutupi sebagian wajah rupawannya, aku tahu betul siapa ia. Sosok yang selama ini terus memenuhi pikiranku. Aku memang cukup sering memerhatikan taruna itu dari jauh. Tentu saja ia tidak mengetahui siapa diriku. Ngomong-ngomong kami masih satu sekolah.  Agak bodoh memang. Tenang saja, aku belum sampai ke tahap menyukainya, okay? Aku hanya sedikit ingin tahu tentangnya. Tidak ada interaksi antara aku dan taruna itu. Sama sekali tidak ada. Mungkin, sekedar lewat bersisihan dan tidak sengaja berkontak mata. Namun, dari apa yang aku lihat selama ini, sepertinya ia cukup menjaga jarak dari lawan jenis. Y...

Bukan Twilight

Selama hampir delapan belas tahun hidup di dunia ini. Bagaimana menurutmu jika mendengar kata vampire ? Twilight ? Si Edward Cullen ? Bella Swan ? Atau mungkin Tristan ? Ya pada akhirnya, tak sedikit orang mempercayai bahwa vampir, mahkluk mitologi itu benar-benar ada dan nyata. Sejujurnya, di sekolahku aku mencurigai seseorang. Katankalah aku ini bodoh, Jinan—sahabatku pernah mengatakannya. Dia sama sekali tidak percaya apa yang aku ceritakan tentang teman sekelas kita Si golden hands Renzen Javier.  Aku memang tidak dekat dengannya, bahkan Renzen jarang sekali berinteraksi di dalam kelas. Kala itu, menjelang malam saat pulang sekolah aku tidak sengaja melihatnya, Renzen berlari secepat kilat bersama dengan temannya yang satu spesies bernama Leo. Setidaknya, Leo ini pernah sesekali berinteraksi denganku. Tidak dengan Renzen yang menatapku saja sepertinya laki-laki itu enggan. Apa aku kotoran menjijikkan sampai-sampai laki-laki pendek itu enggan menatapku?! Serius, saat aku menga...

Cassieopeia dan Ceritanya Sore itu.

Lautan manusia memenuhi area stadion Cassieopeia , orang-orang berlalu-lalang menuju stand-stand penjual makanan. Setiap setahun sekali, stadion terluas di daerah Kadet 104 Petra ini selalu ramai jadi tak heran banyak pengunjung yang datang. Lagi pula, bazar ini hanya dibuka setahun sekali selama bulan Ramadhan dan yang jelas orang-orang tak ingin ketinggalan moment bazar Ramadhan tiba.  Sore ini, kuputuskan untuk datang ke stadion sendirian karena sahabatku—Anjani yang pemalasnya minta ampun itu membatalkannya tepat tiga puluh menit sebelum berangkat. Mau tahu alasannya apa?  "Cle, gue gak bisa, Rehan ngajakin gue nonton." Yah, anak manusia satu ini memang suka sekali menguji kesabaranku, untungnya aku bukan tipe orang yang cepat marah. Walaupun rasanya seperti dicampakkan, di php, karena pada awalnya Anjani lah yang mengajakku terlebih dahulu. Berbicara tentang Anjani memang tidak akan ada habisnya, lagipula aku terlalu malas membahas anak Voldermort itu.  Oh ... aku ti...