Sore itu, di sudut kota. Lebih tepatnya di jalan Sudarsono, aku melihatnya ... tersenyum, bersenda gurau dengan beberapa anak kecil. Tawa yang tak pernah kulihat untuk beberapa waktu, senyum yang kukira tak pernah terukir lagi dibibirnya. Dari banyaknya orang yang kutemui sore itu, atensiku sepenuhnya hanya tertuju pada taruna bertubuh tinggi itu. Dengan topi berwarna hitam yang menutupi sebagian wajah rupawannya, aku tahu betul siapa ia. Sosok yang selama ini terus memenuhi pikiranku. Aku memang cukup sering memerhatikan taruna itu dari jauh. Tentu saja ia tidak mengetahui siapa diriku. Ngomong-ngomong kami masih satu sekolah. Agak bodoh memang. Tenang saja, aku belum sampai ke tahap menyukainya, okay? Aku hanya sedikit ingin tahu tentangnya. Tidak ada interaksi antara aku dan taruna itu. Sama sekali tidak ada. Mungkin, sekedar lewat bersisihan dan tidak sengaja berkontak mata. Namun, dari apa yang aku lihat selama ini, sepertinya ia cukup menjaga jarak dari lawan jenis. Y...