Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Kalil dan Kemeja Ungu

Sore hari menjelang malam bertahun-tahun lalu. Saat itu usiaku baru menginjak sepuluh tahun. Tujuh tahun berlalu, rasa-rasanya seperti baru kemarin aku menginjak usia sepuluh tahun. Aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Hari di mana, yang tidak pernah kubayangkan sama sekali dalam hidupku. Ah ... iya perlukah aku mengenalkan siapa diriku? Singkat saja, aku Rossie. Aku bukan pembalap MotoGP ya. Aku juga bukan member dari salah satu girl grub Korea Selatan itu. Rossie diambil dari bahasa Inggris bunga mawar,  Rose.  Lalu diplesetkan oleh ibuku menjadi Rossie. Tidak perlu bertanya siapa nama panjangku, aku tidak akan mengatakannya. Cukup memanggilku Rossie saja okay? Rossie berusia sepuluh tahun bukan Rossie yang sekarang. Di mana ia belum mengenal apa arti kehidupan yang sebenarnya, yang gadis kecil itu tahu hanyalah bagaimana caranya tertawa, bagaimana caranya ia bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya. Rossie itu gadis kecil yang cukup pintar mengaji. Walaupun selalu kal...

20.22

  Hai Renswils! Selamat malam, dan selamat datang di tulisan ini. Terakhir kali aku update tanggal 18 Juni kan? Belum ada seminggu ternyata. Gak ada alasan tertentu sebenarnya, aku cuma kepengin nuangin pikiran aja dalam bentu tulisan. Silakan menganggapnya seperti yang sudah-sudah. Satu hal yang sama seperti dulu, aku gak pernah peduli apa kata orang. Hari ini tanggal 24 Juni tepat setahun ibu meluk aku untuk yang terakhir kalinya. Aku masih ingat jelas, gimana rasanya. Aku minta apa-apa dituruti sama ibu. Bohong kalau aku baik-baik saja setelah kepergian ibu. Nyatanya enggak. Hari ini aku gagal Bu, maaf udah bikin kecewa ibu untuk kesekian kalinya. Aku belum bisa jadi anak yang baik, aku belum bisa bahagiain ibu. Aku minta maaf. Maaf kalo aku belum sepenuhnya ikhlas buat lepasin kepergian ibu. It's hard Bu, bahkan aku gak kuat. Aku masih sering nangis tiap malam. Aku gak pernah bohong kalau aku kehilangan ibu, sangat. Aku selalu bilang, aku gak pa-pa kalau aku yang sakit, aku ya...

BAB 2

Aku dan dirinya benar-benar bertolak belakang. Setiap kali ia lewat di depan kelasku, aku secara diam-diam memerhatikan sosoknya. Pandangannya hanya lurus ke depan, ya walaupun sesekali tak sengaja diriku tengah kepergok memerhatikan sosoknya. Naresh Aditama atau Aditama Naresh? Aku kurang tahu siapa nama panjang taruna itu, yang aku tahu teman-temannya memanggil taruna itu dengan sebutan Naresh. Namun, aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Disney Prince .  Menuruku itu sesuai dengan dirinya. Aku suka saat ia tertawa, saat ia menyunggingkan kedua sudut bibirnya yang menambah kadar ketampanan yang ia memiliki. Aku sedang tidak memujinya, aku hanya berbicara fakta. Lagipula, aku tidak yakin tidak ada yang menyukai sosok Naresh. Dari yang aku tahu saja, teman sekelasku ada yang menyukainya. Aku tidak bodoh dengan tatapan dambaan orang-orang akan dirinya. Sepulang sekolah, aku memang sengaja untuk tidak langsung pulang ke rumah. Selain aku selalu teringat ibuku saat menginjakkan ...