Langsung ke konten utama

BAB 4

Aku tidak menyukai Naresh Aditama, serius! Namun entah kenapa nama taruna itu selalu saja mengusik pikiranku. Seberapa kuat aku mencoba untuk mengusirnya, tetap saja aku kalah. Otakku tidak seirama dengan hatiku. Aku kadang bingung dengan jalan pikiranku sendiri. Kenapa harus Naresh yang bahkan ia saja tidak mengenalku? Kenapa harus taruna itu?

Ternyata memikirkan Naresh itu membuatku pusing. Harusnya aku tidak perlu lelah-lelah memikirkan seseorang yang tidak mengenalku. Namun, hari ini berbeda. Kejadian beberapa jam silang, tanpa hentinya berputar terus dimemori otakku. Aku tidak munafik, aku menikmati perlakuan yang Naresh berikan.

Taruna itu menolongku.

“Pakai,” ujarnya singkat sembari mengulurkan sebuah plester bergambar ikan.

Aku jadi teringat saat aku terluka karena terjatuh dari sepeda waktu umur tujuh tahun, Kalil datang kepadaku dengan raut wajah panik sembari membawa plester bergambar ikan. Lucu sekali kalau mengingat wajah paniknya dulu.

“Terima kasih, dan maaf—”

“Kenapa?” potongnya cepat sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Suara beratnya itu membuatku agak ciut. “Dipakai daripada infeksi.”

“Emmm ... serius, ini gak seberapa kok.” Aku berusaha menolak, karena jujur saja... aku sedang tidak baik-baik saja sekarang!

Tolong jantung yang ada di dalam sana, kali ini saja berkompromi lah denganku!

Tanpa kuduga sama sekali, ia berjongkok tepat di depanku. Naresh mensejajarkan dirinya sepertiku. Aku tertunduk dalam, tidak siap untuk bertatap langsung dengan taruna bertubuh bongsor itu. Dengan telatennya, Naresh membersihkan lukaku terlebih dulu dengan air mineral yang ia bawa.

Aku meringis saat tetesan air itu mengenai lukaku yang basah. Sudah pasti ringisan itu terdengar jelas di telinganya. Bodo amatlah, ini benar-benar sakit dan aku tidak sedang mengada-ada.

“Sakitnya gak lama,” ujar Naresh tiba-tiba. “Sudah selesai,” lanjutnya sesaat plester itu tertempel sempurna dilukaku.

“Sekali lagi terima kasih .... "

“Naresh.”

Aku tahu Naresh, aku tahu namamu. Aku juga tahu siapa nama ayahmu.

“Ah ... iya, makasih Naresh.”

Naresh yang tampan itu ternyata memiliki hati yang baik juga. Aku sedikit ragu dengan rumor yang mengatakan kalau ia tidak bisa berdekatan dengan perempuan. Juga rumor yang mengatakan ia menyukai sesama jenis. Tapi kurasa, semua rumor yang mengenai dirinya itu salah kaprah. Dari apa yang aku tahu, Naresh sempat berpacaran atau mungkin sempat dekat dengan Rossie— cewek incarannya Kalil dan nyatanya, hari ini ia menolongku. Atau aku hanya terbawa perasaan saja? Bisa jadi ia bersikap seperti itu kepada semua orang 'kan?

Kubuka akun blog-ku yang lima bulan terakhir ini tidak terjamah sama sekali. Terakhir postingan yang kupubulish adalah cerita tentang Naresh. Awal saat aku mulai timbul rasa penasaran akan dirinya. Akun ini terbilang private karena tidak ada orang lain yang mengetahui selain diriku. Aku sengaja menggunakan nama rensjuisn sebagai nama penaku. Akun 'rensjuisn' ini gabungan nama Renjun salah satu anggota dari boygrup NCT, dan juga namaku. Oke, aku memang sehalu itu.

Semoga bahagia!
Hidup itu berat ya, tapi mau gamau kita harus tetap jalanin. Seberat apapun hidup itu, gak boleh ada kata menyerah. Sore lalu, selepas eskul. Aku nggak sengaja ketemu laki-laki tampan, mirip Putra Mahkota yang wara-wiri di film yang sering kali aku tonton. Namanya Naresh, anak kelas sebelah. Emmm... aku belum tahu nama panjangnya. Kalau udah tahu, bakal aku tulis di sini.

Naresh dengan ketegasan suaranya sedang memberikan materi pada adik tingkat. Sumpah! Walaupun ia tidak tersenyum, tapi kenapa ia terlihat tampan sekali ...?!

Tuhan...! Sepertinya aku sudah gila.

Menit demi menit terlewat sudah, kubaca ulang semua tulisan yang ada di blog-ku. Tidak kusangka, aku cukup sering menulis di blog. Bisa dilihat dari tanggal yang berdekatan  saat aku memposting tulisan itu.

Ada satu postingan yang membuatku sempat terdiam cukup lama. Mataku terpaku, dengan suara selirih mungkin, aku mulai membaca kata demi kata yang tertulis di sana.

Bagaimana caranya mati tapi tidak menyakitkan?


***

Ketemu jam 4 ya!