Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Kosong

Judul postingan gak usah dihiraukan. Lama gak nulis pakai bahasa santai kayak gini ya? Biasanya bahas yang berat-berat. Kayak janjinya, Lmao. Keadaanku baik-baik aja. Lebih baik dari sebelumnya. Tapi akhir-akhir ini kayak plot twist banget hidupku. Aku berada di titik terendah dalam hidup. Aku gak tau tujuanku hidup itu untuk apa. Aku gak tau, apa yang buat aku bertahan di sini. Hopeless, over thinking tiap malam. Gak bisa tidur nyenyak.  ”Kenapa aku harus hidup? Kalau aku ujung-ujungnya ditinggal pergi?” Gak ada yang bisa jawab kan. Aku takut kalo harus ditinggal pergi. Beberapa hari lalu aku mimpi Ibu. Sakit banget rasanya. Aku gak tau kenapa, tiap pulang sekolah aku kayak ngerasa lagi ditungguin ibu?  Kurang lebih dalam seminggu aku dua kali ke dokter. Capek, serius capek banget.  Pikiranku tuh penuh, aku ngerasa sesak, pengen plong gitu. Kayak susah banget gak sih?  Ya kayanya aku belum bisa berdamai sama diri sendiri. Dan mungkin aku belum bisa ikhlas sepenuhny...

Menit 24

Agustus tanggal ke 19, hari ini cuacanya cerah, lebih cerah dari hari sebelumnya. Di tengah hiruk pikuknya duniawi, aku sama seperti sebelumnya. Tidak nampak di mata orang, eksistensi diriku pun hanya dianggap angin oleh mereka. Nyatanya, aku memang tidak dianggap. Aku terlahir untuk sendiri. Lantas untuk apa aku di sini? Tidak ada gunanya sama sekali. Bukankah akan lebih baik jika aku tiada? Lagipula tidak ada yang membutuhkanku di sini. Pertanyaan yang selalu bergelut dalam pikiranku, mengapa aku ada di sini? Mengapa aku harus dilahirkan? Dan mengapa aku harus ditinggal? Separuh bulan lebih pada tahun 2022 aku hidup dalam gamang. Ramainya dunia tidak membuatku ikut merasakannya. Amat kali aku bertanya ... bahagia itu seperti apa? Detik demi detik berlalu bahkan hingga berganti hari, bulan, dan tahun. Semuanya tetap sama, aku selalu merasa sendiri. Atau mungkin aku memang hidup untuk sendiri? Aku ingin bahagia, tapi ... kenapa sesusah itu ...? Aku tidak ingin apa-apa seriu...

UNAIR— KAMPUS IMPIANKU!

Universitas Airlangga atau sering kali disapa UNAIR ini merupakan salah satu kampus yang terletak di Jawa Timur. Masuk dalam kategori Universitas Favorite  dikalangan siswa-siswi. UNAIR juga masuk ke dalam  sepuluh besar  Universitas Terbaik di Indonesia menurut Webometrics . Wah ... keren ya! UNAIR sendiri berada di posisi ke-empat dari Universitas yang ada di Indonesia. Universitas Airlangga memiliki 14 fakultas dan 1 sekolah pascasarjana yang menempati tiga kampus yang tersebar di Surabaya.  Pada tahun 2022 tercatat total pendaftar SNMPTN 2022 di UNAIR mencapai 18.165 siswa.  ( sumber info news.unair.ac.id )  Anak kelas 12 sudah memilih kampus impian belum? Siswa-siswi SMA atau SMK pasti mengalami hal sulit untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Entah itu terkendela akan biaya, bingung memilih universitas yang seperti apa, progam pendidikan, dan lain-lain.  Pasti sulit untuk menghadapinya di awal tahun. Apalagi kita dihadapkan oleh ujia...

BAB 6

Aku buru-buru ke parkiran belakang setelah bel pulang sekolah berbunyi lima menit lalu. Dengan kaki tertatih-tatih sebab rasa nyeri hingga sekarang masih dapat kurasakan, aku memaksakan diriku untuk tetap berjalan cepat. Sejujurnya, aku sedang mengindari Kalil sekarang. Beberapa menit lalu, ia mengirimkan satu pesan padaku. Sepupuku itu memintaku untuk menunggunya sebentar, karena katanya masih ada urusan ekstrakurikuler yang harus dibahas. Tentu saja aku menolaknya, melihat wajahnya saja sekarang membuatku muak.  Aku sama sekali tidak membenci Kalil, hanya saja aku kesal dengannya. Akan kelakuan dirinya yang memperlakukanku seperti orang asing. Seperti seseorang yang tidak saling mengenal.  Saat tiba di parkiran. Entah aku harus mengucap syukur atau justru beristighfar.  "Kakinya udah sembuh?" Suara berat milik Disney Prince tiba-tiba masuk dalam indra pendengaranku. Sejurus kemudian, aku memekik kaget dalam hati. Sedikit menyeseli karena tidak menunggu Kalil saja. Ah ....

BAB 5

Brukkk ...! Setumpuk buku paket Sejarah baru saja jatuh tepat di pangkuanku, sekurang-kurangnya mungkin berjumlah delapan. Aku tidak tahu siapa gerangan yang menabrakku hingga membuatku jatuh meluruh di lantai koridor kelas. Tepatnya koridor penghubung antar jurusan IPS dan IPA. Orang itu— yang tidak lain dan tidak bukan si penabrak berulang kali mengatakan kata maaf padaku. Kedua tangannya dengan cekatan mengambil buku paket Sejarah yang berserakan di lantai. Saat aku hendak membatunya ia mengatakan, "Gak usah, saya yang salah." Aku ingin marah. Tapi ya aku tahu ini tidak sengaja. Lagipula mana bisa aku marah dengan Naresh Aditama. Dari dua populasi manusia di sekolah ini yang kutemui pagi ini, kenapa Naresh salah satunya? "Gak ada yang kegores kan?" tanyanya dengan suara datar, tanpa intonasi. Namun, anehnya aku justru ingin mendengar suaranya lagi. Lebih lama. Dengan anggukan sekaku robot, aku mengatakan tidak ada goresan sama sekali. Memang, tidak ada. Tapi...

BAB 4

Aku tidak menyukai Naresh Aditama, serius! Namun entah kenapa nama taruna itu selalu saja mengusik pikiranku. Seberapa kuat aku mencoba untuk mengusirnya, tetap saja aku kalah. Otakku tidak seirama dengan hatiku. Aku kadang bingung dengan jalan pikiranku sendiri. Kenapa harus Naresh yang bahkan ia saja tidak mengenalku? Kenapa harus taruna itu? Ternyata memikirkan Naresh itu membuatku pusing. Harusnya aku tidak perlu lelah-lelah memikirkan seseorang yang tidak mengenalku. Namun, hari ini berbeda. Kejadian beberapa jam silang, tanpa hentinya berputar terus dimemori otakku. Aku tidak munafik, aku menikmati perlakuan yang Naresh berikan. Taruna itu menolongku. “Pakai,” ujarnya singkat sembari mengulurkan sebuah plester bergambar ikan. Aku jadi teringat saat aku terluka karena terjatuh dari sepeda waktu umur tujuh tahun, Kalil datang kepadaku dengan raut wajah panik sembari membawa plester bergambar ikan. Lucu sekali kalau mengingat wajah paniknya dulu. “Terima kasih, dan maaf—” “Ken...

BAB 3

Hari minggu pagi kugunakan untuk jogging , entah dorongan darimana niat itu. Sebenarnya Kalil yang mengajakku, karena ia memang sedang mendekati Rossie yang tidak pernah absen untuk jogging setiap minggu. Katanya, ia malu kalau sendiri, itulah mengapa hari ini ia mengajakku. Di alun-alun kota hingga taman mini yang berada di tengah-tengah kota. Mata laki-laki bertumbuh bongsor itu sama sekali tidak berhenti melirik sana-sini guna mencari pujaan hatinya itu. Aku yang malasnya setengah mati, ogah-ogahan untuk berlari. Kalil menggerutu sejak tadi karena aku selalu ketinggalan jauh di belakangnya. Salah sendiri ia mengajakku, tahu sendiri aku ini orangnya pemalas minta ampun. Pernah kukatakan sebelumnya kan, kalau aku dan Kalil tidak begitu dekat sebagai saudara sepupu. Bahkan kami hanya berbicara seadanya saja. Aku yang tidak suka basa-basi, sedangkan Kalil termasuk orang yang hiperaktif. Kami sangat bertolak belakang. Mungkin alasan itu yang membuat kami tidak begitu dekat. Namun kali,...

Kalil dan Kemeja Ungu

Sore hari menjelang malam bertahun-tahun lalu. Saat itu usiaku baru menginjak sepuluh tahun. Tujuh tahun berlalu, rasa-rasanya seperti baru kemarin aku menginjak usia sepuluh tahun. Aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Hari di mana, yang tidak pernah kubayangkan sama sekali dalam hidupku. Ah ... iya perlukah aku mengenalkan siapa diriku? Singkat saja, aku Rossie. Aku bukan pembalap MotoGP ya. Aku juga bukan member dari salah satu girl grub Korea Selatan itu. Rossie diambil dari bahasa Inggris bunga mawar,  Rose.  Lalu diplesetkan oleh ibuku menjadi Rossie. Tidak perlu bertanya siapa nama panjangku, aku tidak akan mengatakannya. Cukup memanggilku Rossie saja okay? Rossie berusia sepuluh tahun bukan Rossie yang sekarang. Di mana ia belum mengenal apa arti kehidupan yang sebenarnya, yang gadis kecil itu tahu hanyalah bagaimana caranya tertawa, bagaimana caranya ia bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya. Rossie itu gadis kecil yang cukup pintar mengaji. Walaupun selalu kal...

20.22

  Hai Renswils! Selamat malam, dan selamat datang di tulisan ini. Terakhir kali aku update tanggal 18 Juni kan? Belum ada seminggu ternyata. Gak ada alasan tertentu sebenarnya, aku cuma kepengin nuangin pikiran aja dalam bentu tulisan. Silakan menganggapnya seperti yang sudah-sudah. Satu hal yang sama seperti dulu, aku gak pernah peduli apa kata orang. Hari ini tanggal 24 Juni tepat setahun ibu meluk aku untuk yang terakhir kalinya. Aku masih ingat jelas, gimana rasanya. Aku minta apa-apa dituruti sama ibu. Bohong kalau aku baik-baik saja setelah kepergian ibu. Nyatanya enggak. Hari ini aku gagal Bu, maaf udah bikin kecewa ibu untuk kesekian kalinya. Aku belum bisa jadi anak yang baik, aku belum bisa bahagiain ibu. Aku minta maaf. Maaf kalo aku belum sepenuhnya ikhlas buat lepasin kepergian ibu. It's hard Bu, bahkan aku gak kuat. Aku masih sering nangis tiap malam. Aku gak pernah bohong kalau aku kehilangan ibu, sangat. Aku selalu bilang, aku gak pa-pa kalau aku yang sakit, aku ya...

BAB 2

Aku dan dirinya benar-benar bertolak belakang. Setiap kali ia lewat di depan kelasku, aku secara diam-diam memerhatikan sosoknya. Pandangannya hanya lurus ke depan, ya walaupun sesekali tak sengaja diriku tengah kepergok memerhatikan sosoknya. Naresh Aditama atau Aditama Naresh? Aku kurang tahu siapa nama panjang taruna itu, yang aku tahu teman-temannya memanggil taruna itu dengan sebutan Naresh. Namun, aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Disney Prince .  Menuruku itu sesuai dengan dirinya. Aku suka saat ia tertawa, saat ia menyunggingkan kedua sudut bibirnya yang menambah kadar ketampanan yang ia memiliki. Aku sedang tidak memujinya, aku hanya berbicara fakta. Lagipula, aku tidak yakin tidak ada yang menyukai sosok Naresh. Dari yang aku tahu saja, teman sekelasku ada yang menyukainya. Aku tidak bodoh dengan tatapan dambaan orang-orang akan dirinya. Sepulang sekolah, aku memang sengaja untuk tidak langsung pulang ke rumah. Selain aku selalu teringat ibuku saat menginjakkan ...

BAB 1

 Sore itu, di sudut kota. Lebih tepatnya di jalan Sudarsono, aku melihatnya ... tersenyum, bersenda gurau dengan beberapa anak kecil. Tawa yang tak pernah kulihat untuk beberapa waktu, senyum yang kukira tak pernah terukir lagi dibibirnya. Dari banyaknya orang yang kutemui sore itu, atensiku sepenuhnya hanya tertuju pada taruna bertubuh tinggi itu. Dengan topi berwarna hitam yang menutupi sebagian wajah rupawannya, aku tahu betul siapa ia. Sosok yang selama ini terus memenuhi pikiranku. Aku memang cukup sering memerhatikan taruna itu dari jauh. Tentu saja ia tidak mengetahui siapa diriku. Ngomong-ngomong kami masih satu sekolah.  Agak bodoh memang. Tenang saja, aku belum sampai ke tahap menyukainya, okay? Aku hanya sedikit ingin tahu tentangnya. Tidak ada interaksi antara aku dan taruna itu. Sama sekali tidak ada. Mungkin, sekedar lewat bersisihan dan tidak sengaja berkontak mata. Namun, dari apa yang aku lihat selama ini, sepertinya ia cukup menjaga jarak dari lawan jenis. Y...

Bukan Twilight

Selama hampir delapan belas tahun hidup di dunia ini. Bagaimana menurutmu jika mendengar kata vampire ? Twilight ? Si Edward Cullen ? Bella Swan ? Atau mungkin Tristan ? Ya pada akhirnya, tak sedikit orang mempercayai bahwa vampir, mahkluk mitologi itu benar-benar ada dan nyata. Sejujurnya, di sekolahku aku mencurigai seseorang. Katankalah aku ini bodoh, Jinan—sahabatku pernah mengatakannya. Dia sama sekali tidak percaya apa yang aku ceritakan tentang teman sekelas kita Si golden hands Renzen Javier.  Aku memang tidak dekat dengannya, bahkan Renzen jarang sekali berinteraksi di dalam kelas. Kala itu, menjelang malam saat pulang sekolah aku tidak sengaja melihatnya, Renzen berlari secepat kilat bersama dengan temannya yang satu spesies bernama Leo. Setidaknya, Leo ini pernah sesekali berinteraksi denganku. Tidak dengan Renzen yang menatapku saja sepertinya laki-laki itu enggan. Apa aku kotoran menjijikkan sampai-sampai laki-laki pendek itu enggan menatapku?! Serius, saat aku menga...

Cassieopeia dan Ceritanya Sore itu.

Lautan manusia memenuhi area stadion Cassieopeia , orang-orang berlalu-lalang menuju stand-stand penjual makanan. Setiap setahun sekali, stadion terluas di daerah Kadet 104 Petra ini selalu ramai jadi tak heran banyak pengunjung yang datang. Lagi pula, bazar ini hanya dibuka setahun sekali selama bulan Ramadhan dan yang jelas orang-orang tak ingin ketinggalan moment bazar Ramadhan tiba.  Sore ini, kuputuskan untuk datang ke stadion sendirian karena sahabatku—Anjani yang pemalasnya minta ampun itu membatalkannya tepat tiga puluh menit sebelum berangkat. Mau tahu alasannya apa?  "Cle, gue gak bisa, Rehan ngajakin gue nonton." Yah, anak manusia satu ini memang suka sekali menguji kesabaranku, untungnya aku bukan tipe orang yang cepat marah. Walaupun rasanya seperti dicampakkan, di php, karena pada awalnya Anjani lah yang mengajakku terlebih dahulu. Berbicara tentang Anjani memang tidak akan ada habisnya, lagipula aku terlalu malas membahas anak Voldermort itu.  Oh ... aku ti...

Aku yang belum menerima atau aku yang tidak ingin menerima?

Halo, balik lagi bareng aku.  Aku nulis lagi di tanggal yang sama,  27 April 2022. Aku berharap banyak, masih bisa nulis lagi di blog ini sampai hari-hari berikutnya. Setelah dua tahun terbengkalai nggak terjamah sama sekali. Hahaha, bahasanya nggak banget kan?  Nggak terasa ya, setelah satu bulan penuh umat muslim berpuasa bentar lagi udah lebaran. Entah aku yang jauh dari Allah atau aku emang gak se excited dulu menyambut bulan Ramadhan tiba. Tahun lalu, aku kehilangan orang yang sangat penting dalam kehidupanku, pondasi dalam kehidupanku. Aku kehilangan ibuku, tahu gak sahur di hari pertama aku nangis. Cengeng kan ya? Buka puasa di hari pertama aku juga nangis, aku keinget ibu.  Soalnya biasanya kan dimasakin ibu,  kali ini enggak.  Aku selalu ngerasa sendiri, nggak ada temen cerita atau mungkin aku yang gak bisa cerita ke orang tentang masalahku?  Aku tahu betul, setiap orang punya masalah sendiri kok. Kadang iri juga orang bisa nyelesain masalahny...

Hei

Hi, welcome to my blog page! I'm Dewnigtmare, but you can call me Wil or Dew, whatever you prefer. I'm a 20-something woman on a journey to find my identity. This blog is a collection of my thoughts, so you can read as much as you want! Best regards,  Dew